Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Kemenpora RI) siap menjalin kerjasama dan kolaborasi dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) guna mengembangkan fasilitas sport medicine atlet di seluruh pelosok negeri.
Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Kemenpora RI) siap menjalin kerjasama dan kolaborasi dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) guna mengembangkan fasilitas sport medicine atlet di seluruh pelosok negeri.(foto:Andre/kemenpora.go.id)
Jakarta: Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Kemenpora RI) siap menjalin kerjasama dan kolaborasi dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) guna mengembangkan fasilitas sport medicine atlet di seluruh pelosok negeri.
Hal itu, disampaikan Wamenpora Taufik Hidayat pada forum strategis Indonesia Sports Summit (ISS) 2025 pada hari kedua penyelenggaraan di Indonesia Arena, Senayan, Jakarta, Minggu (7/12). Diskusi kali ini bertajuk Sport Medicine: The Science Behind National Fitness.
"Arahan Bapak Presiden, kita akan membangun fasilitas olahraga seperti sport center besar dan disana pasti juga membutuhkan dukungan dari Kemenkes seperti dokternya, sport science nya, sport medicinenya dan sebagainya," kata Wamenpora Taufik.
Menurut Wamenpora Taufik, beberapa hal penting itu, daerah juga sangat membutuhkan dimana dari daerahlah nantinya akan muncul bibit-bibit atlet berprestasi memperkuat timnas Indonesia di semua cabang olahraga.
"Pak Presiden selalu menyampaikan pentingnya kerjasama- kolaborasi lintas sektor dan lembaga, untuk itu kami harap Kemenkes dan Kemenpora ini nantinya akan segera tindak lanjut menyiapkan fasilitas pendukung seperti dokter-dokter olahraga baik di pusat dan daerah," tutur Wamenpora.
Direktur Jenderal Kesehatan Primer dan Komunitas Kemenkes, Maria Endang Sumiwi, saat menjadi narasumber menanggapi akan segera melakukan tindak lanjut permintaan Kemenpora RI.
"Menanggapi Pak Wamenpora, mungkin nanti kita akan segera tindak lanjut pak, guna menghitung kebutuhannya agar seragam antara Kemenkes dan Kemenpora. Spesialis olahraga kita sebetulnya masih sangat terbatas baru 122 dokter," ujar Maria.
"Jadi kalau untuk seluruh Indonesia memang masih sangat kurang. Nanti kami mungkn tindak lanjut dengan deputi bapak yang menangani soal itu. Pertama kita menghitung kebutuhan dulu, yaitu menurunkan kepada siapa (dokter umum dan fisioterapis) ke daerah karena kalau spesialis olahraga tidak akan cukup untuk saat ini," imbuhnya.
Spesialis Kedokteran Olahraga, Maria Lestari menambahkan, early scrining menjadi hal mendasar yang penting mendeteksi kebugaran anak-anak dan atlet.
"Sebagai praktisi di lapangan ini benar sekali spesialis kedokteran olahraga memang sangat terbatas dan masih sangat butuh banyak sekali spesialis kedokteran olahraga. Untuk di lapangan saya setuju dengan early scrining dan early detectionnya. Karena banyak atlet muda yang belum faham terkait pelatihannya, loading manajemen latihannya seperti apa. Untuk saat ini melalui sekolah-sekolah atau guru olahraga sudah bisa untuk earlynya," tambahnya.(ben)