Beri Kuliah Wawasan di UHAMKA, Menpora Amali Bicara Membangun Nation Branding Melalui Komunikasi Olahraga dalam Meningkatkan Prestasi di Tingkat Global

Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Menpora RI), Zainudin Amali menjadi pembicara kunci dalam acara Kuliah Wawasan secara daring bagi dosen dan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka dengan tema: “Membangun Nation Branding Melalui Komunikasi Olahraga dalam Meningkatkan Prestasi di Tingkat Global”, Selasa (29/3) pagi.

Beri Kuliah Wawasan di UHAMKA, Menpora Amali Bicara Membangun Nation Branding Melalui Komunikasi Olahraga dalam Meningkatkan Prestasi di Tingkat Global Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Menpora RI), Zainudin Amali menjadi pembicara kunci dalam acara Kuliah Wawasan secara daring bagi dosen dan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka dengan tema: “Membangun Nation Branding Melalui Komunikasi Olahraga dalam Meningkatkan Prestasi di Tingkat Global”, Selasa (29/3) pagi.(foto:raiky/kemenpora.go.id)

Jakarta: Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Menpora RI), Zainudin Amali menjadi pembicara kunci dalam acara Kuliah Wawasan secara daring bagi dosen dan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka dengan tema: “Membangun Nation Branding Melalui Komunikasi Olahraga dalam Meningkatkan Prestasi di Tingkat Global”, Selasa (29/3) pagi.

Dalam kesempatan ini, Menpora Amali mengatakan bahwa, olahraga berperan penting membangun branding nasional dan juga menjadi penentu pembangunan Sumber Daya Manusia baik dari sisi kebugarannya di hulunya maupun prestasi di hilirnya.

Menpora Amali kemudian mencontohkan, ketika awal-awal kemerdekaan Indonesia, sangat terasa bahwa olahraga menjadi salah satu alat untuk menyampaikan kepada dunia tentang eksistensi dari Indonesia yang baru saja merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945. 

Ketika itu, Indonesia belum mendapatkan pengakuan dari banyak negara di dunia. Termasuk pada saat Indonesia ingin berpartisipasi mengikuti olimpiade 1948 di London, namun mendapat penolakan dari berbagai negara. Jika Indonesia ingin berpartisipasi maka tidak boleh menggunakan Indonesia. Tetapi masih harus menggunakan nama Hindia Belanda.

“Jadi secara politik kegiatan olahraga sudah dikaitkan, bayangkan kita baru merdeka 1945, tetapi karena kita ingin menunjukkan eksistensi kita sebagai satu negara yang sudah terbentuk, maka kita ingin ikut olimpiade 1948. Tetapi mendapatkan penolakan karena ketika itu belum banyak negara yang mengakui kita. Boleh ikut tapi pakai nama Hindia Belanda,” ungkap Menpora Amali.

Namun, pada saat itu, Soekarno atau Bung Karno yang menjadi pemimpin Indonesia tetap ingin menggunkan nama Indonesia meskipun ditolak. Pada tahun tersebut, Bung Karno menyelenggarakan Pekan Olahraga Nasional (PON) pertama dalam negeri di Solo, tentu saja kegiatan ini sangat bertujuan politis karena Indonesia masih belum mendapatkan pengakuan dari banyak negara.

“Tujuannya politis, tujuannya yakni untuk menunjukkan bahwa Indonesia itu ada. Terbukti mampu melakukan suatu kegiatan olahraga yang diikuti oleh berbagai pemuda ketika itu yang berasal dari berbagai daerah,” ungkapnya.

Seiring berjalan waktu, kegiatan tersebut kemudian tersiar di luar negeri, masyarakat dunia tahu bahwa Indonesia ditolak menjadi peserta olimpiade. Tetapi mampu menyelenggarakan kegiatan multi event nasional di dalam negerinya,” jelasnya.

Setelah itu kemudian Indonesia mulai ikut serta dalam kegiatan Asian Games 1951 di New Delhi India dan juga ikut Olimpiade 1952 di Helsinki, Finlandia dengan menggunakan nama Indonesia.

“Kemudian tahun 1962, kita menjadi tuan rumah Asian Games. Bayangkan keberanian pemimpin waktu itu Bung Karno, dalam situasi negara yang baru merdeka, belum kuat-kuat amat dari sisi keuangannya, tetapi karena ini juga berdimensi politik. Maka Bung Karno berani mengajukan tuan rumah Asian Games,” katanya

Asian Games yang digelar pada 24 Agustus-4 September tersebut diikuti oleh 12 negara. Hingga saat ini, masih menyisahkan sejarah dan peninggalan tempat-tempat venue yang di ada di Gelora Bung Karno (GBK), Senayan Jakarta.

“Nah waktu itu pun kita bukan sekedar menjadi tuan rumah kemudian menunjukkan eksistensi kita ke duni. Bahwa negara ini ada, Indonesia itu ada. Tetapi kita menunjukkan bahwa kita juga mampu, kita sukses menjadi penyelenggara dan kita sukses untuk prestasi. Kita berada di peringkat kedua dengan perolehan 11 emas, 2 perak, 28 perunggu,” katanya.

Menurut Menpora Amali, Bung Karno juga pernah menyelenggarakan olimpiade tandingan yang bernama Games of The New Emerging Forces (Ganefo) karena saat itu Indonesia dikeluarkan dari keanggotaan International Olympic Committee (IOC). Indonesia dikeluarkan karena secara politik Indonesia menolak keikutsertaan Taiwan dan Israel dalam Asian Games ke-4 di Jakarta. Ganefo sendiri berhasil diikuti 51 negara. 

“Ini dimensinya, dimensi politik. Jadi kegiatan olahraga untuk kepentingan bangsa menunjukkan eksistensi yang berdimensi politik,” jelasnya.

 Menpora Amali kemudian berbicara tentang olahraga di zaman Orde Baru dibawah kepemimpinan Soeharto. Menurutnya, saat itu Soeharto menjadikan olahraga sebagai sarana pembangunan. “Jadi kalau zaman orde lama itu sebagai sarana untuk menunjukkan eksistensi kita dimensi politiknya lebih kental. Maka pada saat orde baru olahraga ini untuk sarana pembangunan,” katanya.

Menpora pun mengungkapkan bahwa bendera merah putih mulai dikibarkan di ajang olimpiade tahun 1992. Saat itu, Indonesia berhasil meraih medali emas pertama di cabang bulu tangkis melalui pasangan Alan Budikusuma dan Susi Susanti.

“Indonesia Raya dikumandangkan, Bendera Merah Putih dikibarkan kira-kira hanya ada dua kejadian. Ketika kunjungan kenegaraan kepala negara dan ketika kita mendapatkan kan prestasi atau medali emas pada saat kegiatan olahraga,” katanya.

Dengan demikian, dalam membangun nation branding dalam olahraga pemerintah Indonesia pun terus melakukan berbagai kegiatan event olahraga tingkat dunia, dalam waktu dekat ini, Indonesia akan menjadi tuan rumah Asian Para Games 2022 di Surakarta, Tuan Rumah FIBA Asian Cup 2023, Tuan Rumah FIFA World Cup U-20 tahun 2023, dan Tuan Rumah FIBA World Cup 2023.

Selain itu, pemerintah juga meningkatkan prestasi atlet Indonesia di level dunia, saat ini ada sejumlah atlet nasional yang memegang rekor dan juara dunia diantaranya Windy Cantika Putri, juara dunia junior angkat besi kelas 49 kg IWF Junior World Championship 2021, Rahmat Erwin Abdullah, juara dunia angkat besi kelas 73 kg putra IWF World Championship 2021, Veddriq Leonard dan Kiromal Katibin, panjat tebing pecah rekor dunia nomor speed pada IFSC World Cup 2021, Bagus Maulana dan Muhammad Sohibul Fikri juara All England 2022 dan lainya.

“Apa yang dilakukan oleh pemerintah sekarang ini melihat betapa pentingnya olahraga untuk bukan hanya branding nasional. Tetapi juga kegiatan olahraga itu juga akan menjadi penentu pembangunan Sumber Daya Manusia baik dari sisi kebugarannya di hulunya maupun prestasi di hilirnya,” ujarnya.

Diantara langkah atas upaya tersebut antara lain Kemenpora melakukan review total ekosistem keolahragaan nasional atas arahan Presiden Joko Widodo, dengan menyusun Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) yang disusun bersama para akademis, para praktisi, guru besar atau profesor ilmu keolahragaan di berbagai kampus dengan berbasiskan sport science, sport industry dan sport tourism. 

“Olahraga ini tidak hanya membranding negara, tapi juga sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi dari sport industri dan sport tourism,” katanya.

Turut hadir menjadi narasumber dalam acara ini, Pakar Komunikasi Politik Effendi Ghazali P.Hd, Staf Khusus Pengembangan dan Prestasi Olahraga Mahfudin Nigara SE, MM dan Rektor UHAMKA Gunawan Suryoputro dan Dra. Tellys Corliana M. Hum.(ded)

BAGIKAN :
PELAYANAN